Saturday, January 22, 2011

New Life, New Tale : IJSO 2009 ~Intermezzo~

Hohoho~
Kembali berjumpa dengan saya, si author gaje nan cantik ini~
Ini merupakan postingan selingan yang menjadi gambaran tentang isi 3 postingan selanjutnya dari IJSO tale ini Sekedar mengingatkan, postingan ini diambil dari Official blognya anak pelatihan IJSO 2009, bisa dilihat di sini.
Selamat menikmati!
Intermezzo
Cerdas dan Berenergi


Pagi-pagi sekali mereka bangun (atau sekali-sekali mereka bangun pagi-pagi?), walaupun harus melawan hawa dingin kota Bandung dan rasa kantuk yang tersisa akibat bergadang mengulang materi hingga malam (dan tentunya disertai rasa pusing akibat susahnya mencerna dan menyerap asupan materi pelajaran.) Sambil menunggu giliran mandi (kalau yang mau mandi..) sebagian dari mereka mengulang materi pelajaran, ada juga yang menonton TV (ga penting banget…!), dan ada pula yang bergegas menyimpan tas di kelas, dengan harapan bisa dapat tempat duduk di deretan terdepan.


Selepas sarapan, pelajaran di kelas dimulai. Materinya cukup menantang: Matematika, Biologi, Fisika, dan Kimia yang sebagian (besar) setara dengan materi kuliah tahun pertama di ITB. Para pengajarnya pun bukan orang-orang sembarangan. Mereka adalah para peraih medali olimpiade sains dan ilmuwan sains ITB (dari doktor-doktor muda hingga pengajar senior dan para profesor). Dengan segenap daya dan upaya, para siswa berusaha menerima dan merajut setiap helai pengetahuan yang diberikan dosen agar menjadi sebuah rajutan indah ilmu pengetahuan yang tersimpan rapi dalam benak mereka. Berbagai cara mereka lakukan untuk mengatasi bermacam aral (bosan, ngantuk, dll) yang merintangi terjal dan berlikunya jalan belajar, mulai dari bermain telepon genggam (main game, sms-an, dll), menunduk sambil mengheningkan cipta sejenak seraya memindahkan pikiran ke alam lain (= tidur), hingga berjalan-jalan mengunjungi teman di meja sebelah (atau malah yang di pojok kelas) dengan alasan ingin berdiskusi. Berbagai teguran dan nasehat dosen pun menjadi sebuah keniscayaan atas ulah mereka tersebut.

Setelah sembilan jam belajar di kelas (dengan istirahat tiga kali selama—total—100 menit), kelas berakhir pukul 17.00 BBWI (Bagian Bandung Waktu Indonesia). Berbagai aktivitas lain telah menunggu: olahraga di ruang fitnes, internetan di cafetaria, mencuci pakaian di kamar, mengambil cucian di tukang cuci, jajan di Indomaret, atau bermain sepakbola di lapangan golf (walaupun harus bersiap-siap untuk dapat teguran dari satpam—yang berinisial AI).

Setelah mandi (sekali lagi, kalau yang mau mandi), sholat maghrib, dan makan malam, pelajaran di kelas kembali dimulai. Tutorial malam selama dua jam ini dipandu oleh para tutor (asisten dosen) yang telah bertahun-tahun malang melintang di dunia per-asisten dosen-an. Tutor membimbing siswa mengerjakan soal-soal dan melayani berbagai pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari di siang hari (baik pertanyaan cerdas maupun tidak). Berbeda dengan suasana kelas siang, suasana tutorial ini lebih santai. Siswa duduk secara berkelompok, baik di kursi maupun lesehan di atas karpet kelas. Suara para siswa pun terdengar riuh rendah (bahkan kadang terdengar hingga keluar kelas), menandakan hidupnya suasana diskusi.
Selepas tutorial, siswa kembali ke kamar masing-masing. Derap langkah mereka terdengar lantang, memecah suasana Pusdiklat Geologi yang sudah mulai memasuki fase istirahat. Belum lagi telapak kaki mereka menginjakkan lantai kamar, suara gemuruh tawa dan canda mereka telah terdengar hingga ke ujung lorong (bahkan mungkin hingga lantai-bawah gedung pusdiklat). Namun, bagi anak-anak SMP ini, jam sembilan malam bukanlah waktu yang tepat untuk mengakhiri hari yang indah ini. Sebagai anak-anak, mereka masih menganggap bermain sebagai hal yang perlu untuk dilakukan. Selepas sholat ‘Isya (dan sebelum belajar mandiri di kamar masing-masing), mereka bermain. Ada yang main petal-umpet sandal (salah seorang menyembunyikan sandal, lalu pemilik sandal mencarinya), main internet, kejar-kejaran, dan permainan lainnya. Kegaduhan seringkali tak dapat dihindari, meskipun telah keluar maklumat dan teguran dengan nada ‘mengancam’ (semisal, “hanya ada dua pilihan bagi kalian: belajar, atau tidur… !!!”) dari panitia.
Ada satu kesan yang terlintas dalam benak panitia tentang ke-45 anak SMP ini. Walaupun selama sehari penuh (dan selama sebulan) pikiran mereka dijejali dengan aneka rupa pengetahuan sains dengan tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding materi yang biasa mereka terima di sekolah (tentunya dengan tetap diimbangi dengan sesi psikologi, liburan, dan rekreasi tiap akhir pekan), mereka masih tetap ceria. Tingkah polah mereka tak seperti orang yang keletihan (secara fisik maupun mental). Mereka benar-benar cerdas dan berenergi…!

Semoga pola kerja keras mereka selama sebulan ini berlanjut, dan membuahkan hasil positif bagi kehidupan mereka (dan orang-orang lain di sekitar mereka) di masa yang akan datang.


Source : Right here~

No comments:

Post a Comment